Jumat, 14 Desember 2007

darah tinggi dan komplikasinya

Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan diastolik, misalnya 120/80 mmhg, dibaca seratus dua puluh per delapan puluh. dikatakan tekanan darah tinggi jika pada saat duduk tekanan sistolik mencapai 140 mmhg atau lebih, atau tekanan diastolik mencapai 90 mmhg atau lebih, atau keduanya. pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmhg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmhg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis. hipertensi maligna adalah hipertensi yang sangat parah, yang bila tidak diobati, akan menimbulkan kematian dalam waktu 3-6 bulan. hipertensi ini jarang terjadi, hanya 1 dari setiap 200 penderita hipertensi. tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa. tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. tekanan darah dalam satu hari juga berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari. klasifikasi tekanan darah pada dewasa
kategori
tekanan darah sistolik
tekanan darah diastolik
normal
dibawah 130 mmhg
dibawah 85 mmhg
normal tinggi
130-139 mmhg
85-89 mmhg
stadium 1 (hipertensi ringan)
140-159 mmhg
90-99 mmhg
stadium 2 (hipertensi sedang)
160-179 mmhg
100-109 mmhg
stadium 3 (hipertensi berat)
180-209 mmhg
110-119 mmhg
stadium 4 (hipertensi maligna)
210 mmhg atau lebih
120 mmhg atau lebihpengendalian tekanan darah meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:
jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya
arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.
bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat. sebaliknya, jika: - aktivitas memompa jantung berkurang - arteri mengalami pelebaran - banyak cairan keluar dari sirkulasi maka tekanan darah akan menurun. penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis).
perubahan fungsi ginjal ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara: - jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekana darah ke normal. - jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal. - ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensi, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron. ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah; karena itu berbagai penyakit dan kelainan pda ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi. misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi. peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan darah.
sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom, yang untuk sementara waktu akan: - meningkatkan tekanan darah selama respon fight-or-flight (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari luar) - meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung; juga mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar arteriola di daerah tertentu (misalnya otot rangka, yang memerlukan pasokan darah yang lebih banyak) - mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan meningkatkan volume darah dalam tubuh - melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin), yang merangsang jantung dan pembuluh darah.

"apa dan bagaimana tekanan darah tinggi"


ISTILAH hipertensi berasal dari bahasa Inggris "hypertension". Kata "hypertension" sendiri berasal dari bahasa Latin, yaitu "hyper" dan "tension". "hyper" berarti tekanan atau tegangan. Akhirnya hypertension menjadi istilah kedokteran yang cukup populer untuk menyebut penyakit tekanan darah tinggi. Selain itu, dalam bahasa Inggris digunakan juga istilah "high blood pressure" yang berarti tekanan darah tinggi.
Terminologi tekanan darah tinggi digunakan jika terjadi peningkatan tekanan darah diastol dan sistol atau salah satunya, dengan nilai tekanan diastol 90 mmHg atau lebih, atau tekanan sistol lebih dari 140 mmHg yang merupakan rata-rata dari dua atau lebih pengukuran (Herfindal, 2000).
Di kalangan medis alat untuk mengukur tekanan darah disebut Sphygmomanometer. Masyarakat umum menyebutnya tensimeter. Alat ini digunakan untuk mengukur tekanan darah pada pembuluh arteri perifer.
Hipertensi disebabkan peningkatan tonus otot polos vaskular perifer yang menyebabkan peningkatan resistensi arteriola dan menurunnya kapasitas sistem pembuluh vena. Hipertensi tanpa gejala, hipertensi kronik-sistolik/diastolik dapat menyebabkan gagal jantung kongestif, infark jantung, kerusakan ginjal dan cedera serebrovaskular. Jika hipertensi terdiagnosis lebih awal dan diobati dengan baik maka insiden morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) segera menurun.
Tekanan darah merupakan tenaga yang digunakan darah yang dipompakan dari jantung untuk melawan tahanan pembuluh darah, atau sejumlah tenaga yang dibutuhkan untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Sepanjang hari, tekanan darah akan berubah-ubah tergantung dari aktivitas tubuh.
Tekanan darah bergantung kepada jantung sebagai pompa dan resistensi perifer. Jumlah darah yang dipompa jantung setiap menit dinamakan cardiac output (curah jantung). Curah jantung dipengaruhi kecepatan denyut jantung dan volume darah yang dipompakan pada setiap denyutan.
Rumusnya adalah : Tekanan darah = curah jantung X resistensi perifer.
Tekanan darah sistol yaitu tekanan tertinggi yang terjadi saat ventrikel berkontraksi, sedangkan tekanan diastol yaitu tekanan terendah yang terjadi saat jantung berada dalam fase relaksasi (Martini, 1992).
Klasifikasi tekanan darah tinggi menurut World Health Organization (WHO), organisasi kesehatan dunia di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) adalah sebagai berikut : tekanan darah normal, jika sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg. Tekanan darah perbatasan, di mana sistolik 141-149 mmHg dan diastolik 91-94 mmHg. Tekanan darah tinggi atau hipertensi, yaitu jika sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95 mmHg.
Sedangkan klasifikasi tekanan darah tinggi menurut The Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure, suatu badan peneliti hipertensi di AS menentukan batasan yang berbeda. Pada laporannya di tahun 1992 lalu yang lebih dikenal dengan sebutan JNC-V, tekanan darah pada orang dewasa berumur di atas 18 tahun diklasifikasikan seperti dalam tabel.
Semakin tinggi tekanan darah, maka risiko untuk mengalami komplikasi yang fatal dan non fatal semakin besar. Risiko komplikasi pada setiap tingkat hipertensi ini meningkat beberapa kali lipat bila telah terdapat kerusakan organ sasaran (target organ disease/TOD), seperti hipertrofi ventrikel kiri, serangan iskemia selintas (TIA), gangguan fungsi ginjal dan perdarahan retina.
Secara umum gejala yang dikeluhkan penderita tekanan darah tinggi adalah sakit kepala, rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk, perasaan berputar seperti tujuh keliling, serasa ingin jatuh, berdebar atau detak jantung terasa cepat dan telinga berdenging.
Penyakit penyerta hipertensi yang perlu pengobatan tersendiri dan dapat terjadi bersamaan dengan hipertensi adalah kencing manis, resistensi insulin, hiperfungsi kelenjar thyroid (hyperthyroid), rematik, gout, dan hyperlipidemia (kadar lemak darah tinggi), dan lain-lain.
Faktor risiko hipertensi adalah faktor-faktor yang bila semakin banyak menyertai penderita hipertensi, maka dapat menyebabkan orang tersebut menderita tekanan darah tinggi yang lebih berat lagi. Ada faktor risiko yang dapat dihindarkan atau diubah, namun ada pula yang tidak dapat dihindari. Faktor risiko yang tidak dapat dihindarkan atau diubah adalah genetik, suku bangsa, dan umur.
Berbagai macam faktor risiko yang dapat dihindarkan, karena dapat memperberat keadaan hipertensi, antara lain makanan yang mengandung lemak dan kolesterol tinggi, makanan dengan kadar garam tinggi, daging kambing, buah durian, minuman beralkohol yang berlebihan, makanan dan minuman yang mengandung bahan pengawet, rokok dan kopi, kegemukan (obesitas) dan stres.
Untuk mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas akibat tekanan darah tinggi sambil dilakukan pengendalian faktor-faktor risiko kardiovaskular lainnya. Sehingga tekanan darah harus diturunkan serendah mungkin yang tidak mengganggu fungsi ginjal, otak, jantung maupun kualitas hidup. Pada umumnya, sasaran tekanan darah penderita muda adalah 140/90 mmHg (sampai 130/85 mmHg), sedangkan pada penderita usia lanjut sampai umur 80 tahun adalah 160/90 mmHg (sampai 145 mmHg sistolik bila dapat ditoleransi).
Prinsip pengobatan hipertensi
Adapun tujuan pengobatan hipertensi adalah menurunkan tekanan darah ke tingkat yang normal, mengurangi angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) akibat komplikasi penyakit jantung dan pembuluh darah, mencegah pengerasan pembuluh darah (aterosklerosis), mencegah memberatnya tekanan darah tinggi, pengobatan penyakit penyerta hipertensi yang dapat memperberat kerusakan organ dan memperkecil efek samping pengobatan.
Tidak semua penderita hipertensi memerlukan obat. Pada prinsipnya ada dua macam terapi yang bisa dilakukan untuk mengobati penyakit hipertensi, yaitu terapi farmakologi dengan menggunakan obat dan terapi non armakologi yaitu dengan modifikasi pola hidup sehari-hari dan kembali ke produk alami (back to nature). Bila hipertensinya tergolong ringan, masih dapat dikontrol melalui modifikasi pola hidup sehari-hari.
Modifikasi pola hidup merupakan langkah pencegahan yang baik agar penderita hipertensi tidak kambuh gejala penyakitnya. Tindakan pencegahan bagi penderita hipertensi agar penyakitnya tidak kambuh adalah diet rendah lemak, diet rendah garam, diet buah durian dan minuman beralkohol, olah raga secara teratur, berhenti merokok dan minum kopi, menurunkan berat badan bagi penderita hipertensi yang kegemukan, menghindari stres dengan gaya hidup yang santai dan mengobati penyakit penyerta. Hipertensi ringan juga dapat diobati dengan farmakoterapi dengan obat tunggal (satu macam obat). Sedangkan untuk hipertensi berat memerlukan pengobatan beberapa obat yang dipilih untuk mengecilkan efek samping dalam kombinasi.
Selain cara di atas, ada cara lain untuk menurunkan tekanan darah tinggi, yaitu dengan terapi menggunakan jus buah-buahan tertentu dan ramuan tradisional atau disebut back to nature. Antara lain menggunakan jus mengkudu, seledri (Apium graviolens) dan belimbing manis. Cara pembuatannya mudah, hanya membutuhkan satu buah mengkudu matang dan satu buah belimbing manis yang dijus. Lalu jus tadi direbus dengan 250 cc air sampai mendidih. Air rebusannya diminum dalam keadaan hangat sebanyak segelas setiap pagi atau malam hari. Ada juga yang mengombinasikan antara dua buah mengkudu matang, satu buah belimbing manis dan 100 gr seledri.
Ketiga bahan tadi dijus, lantas campuran jus yang dihasilkan direbus dengan air 250 cc sampai mendidih dan ditambahkan madu secukupnya. Lalu diminum dalam keadaan hangat sebanyak satu gelas pada pagi atau malam hari. Untuk pembuatan jus seledri caranya mudah. Seledri sebanyak 100 gr dijus dan ditambah madu secukupnya lalu diminum dua kali sehari, yaitu pagi dan sore.
Untuk daun kumis kucing (Orthosiphon stamineus), ambil daun kumis kucing sebanyak 50 gr lalu direbus dengan menggunakan air secukupnya kemudian disaring. Diminum dalam keadaan hangat segelas sehari pada pagi hari. Resep di atas telah banyak digunakan di masyarakat dan telah banyak dilakukan penelitian mengenai efek farmakologi buah mengkudu dan telah terbukti mampu menurunkan tekanan darah tinggi. Sedangkan untuk seledri dan kumis kucing telah dilakukan uji klinis oleh Dr. Fadilah Supari Sp.J.P., yang bekerja sama dengan Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Harapan Kita. Dari uji klinis tersebut ternyata pemberian fitofarmaka tiga kali sehari (250 mg) selama 12 minggu mampu menurunkan tekanan darah sistolik maupun diastolik yang setara dengan Amlodipin yang diberikan sekali sehari (5 mg). Selain itu, pemberian fitofarmaka tidak memengaruhi kadar elektrolit plasma, kadar lipid plasma maupun kadar gula darah dan tidak ditemukan efek samping yang berarti pada fungsi hati dan ginjal.
Pada awalnya daun seledri dan kumis kucing diduga dapat menurunkan tekanan darah tinggi karena memiliki efek diuretik. Setelah diteliti lebih lanjut, ternyata seledri memiliki efek seperti kalsium antagonis dan kumis kucing memiliki efek seperti beta blocker di samping efek diuretik. Seledri mengandung senyawa aktif apigenin yang berfungsi sebagai kalsium antagonis yang dapat menurunkan tekanan darah tinggi dan manitol yang berfungsi sebagai diuretik.(Berbagai sumber)***
Kris Hartati,
Mahasiswa S-2 Farmakognosi-Fitokimia, Departemen Farmasi ITB.

Selasa, 04 Desember 2007

Oleh : Riza Sihbudi (Peneliti LIPI)
Setelah terjadi kasus serangan teroris yang paling fenomenal di Amerika Serikat (AS) pada 11 September 2001, salah satu diskursus yang muncul ke permukaan dalam khasanah politik internasional maupun domestik, khususnya yang berkaitan dengan persoalan religio-politik, adalah mengenai "radikalisme" Islam. Dalam sejumlah literatur, istilah radikalisme, fundamentalisme, revivalisme, atau neofundamentalisme Islam memiliki tafsiran yang sulit untuk dibedakan satu sama lain, yang semuanya merujuk pada fenomena "kebangkitan" gerakan Islam politik.

John L Esposito (1997), misalnya, menyamakan istilah Islam politik dengan "fundamentalisme Islam" (ditulis dalam tanda kutip) atau gerakan-gerakan Islam lainnya. Sementara Oliver Roy (1994) cenderung menafsirkan Islam politik sebagai aktivitas kelompok-kelompok yang meyakini Islam sebagai agama dan sekaligus sebagai ideologi politik ("the activist groups who see in Islam as much a political ideology as a religion"). Sedikit berbeda dengan Esposito, Roy lebih spesifik merujuk pada apa yang ia sebut sebagai gerakan neofundamentalisme yang antara lain menghendaki pemberlakuan syariat Islam. Istilah radikalisme umumnya dipakai baik oleh kalangan akademisi maupun media massa untuk merujuk pada gerakan-gerakan Islam politik yang berkonotasi negatif seperti "ekstrem, militan, dan nontoleran" serta "anti-Barat/Amerika."

Bahkan sejak dikumandangkannya genderang perang melawan terorisme oleh Presiden AS George W Bush pasca 11 September 2001, istilah radikalisme dan fundamentalisme dicampur-adukkan dengan terorisme. Ironisnya, tidak jarang pula cap fundamentalisme diberikan kepada para pemeluk Islam yang menerima kitab suci mereka, al-Quran dan Hadis sebagai jalan hidup mereka. Dengan kata lain, "kebanyakan dari penegasan kembali agama dalam politik dan masyarakat tercakup dalam istilah fundamentalisme Islam" (Esposito, 1992). Sebagaimana dikatakan Esposito, persepsi umum tentang fundamentalisme sangat dipengaruhi oleh Protestanisme Amerika, di mana istilah itu dipahami sebagai "sebuah gerakan Protestanisme abad kedua puluh yang menekankan penafsiran Injil secara literal sebagai hal yang fundamental bagi kehidupan dan ajaran Kristen." Menurut Esposito, "Bagi banyak orang Kristen, 'fundamentalis' adalah hinaan, yang digunakan agak sembarangan untuk orang-orang yang menganjurkan posisi Injil yang literalis dan dengan demikian dianggap statis, kemunduran, dan ekstremis